45 Metode Pembelajaran dalam SCL (Student Centered Learning)

Berikut ini adalah berkas 45 Metode Pembelajaran dalam SCL (Student Centered  Learning) yang bisa di Download file format PDF Gratis sebagai Referensi untuk bapak/Ibu Guru dimanapun berada.

45 Metode Pembelajaran dalam SCL (Student Centered  Learning)
45 Metode Pembelajaran dalam SCL (Student Centered  Learning)

45 Metode Pembelajaran dalam SCL (Student Centered  Learning)

Apa Tujuan Pembelajaran Menggunakan Metode Scientific Approach?

Menurut majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2004 sebagaimana dikutip Wikipedia menyatakan bahwa pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu guru mengindentifikasi perbedaan kemampuan siswa.

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut, antara lain: (1) meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi, (2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, (4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi, (5) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, dan (6) untuk mengembangkan karakter siswa.

Student Center Learning dalam Konteks Scientific Approach 

Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum lampiran IV dinyatakan bahwa metode pembelajaran yang direkomendasikan untuk diterapkan adalah metode yang termasuk dalam pendekatan saintifik yang diperkaya dengan pendekatan berbasis masalah dan pendekatan berbasis projek. Pendekatan Saintifik dengan atau tanpa diperkaya dengan salah satu atau lebih di antara pendekatan-pendekatan pembelajaran berikut: Pembelajaran Berbasis Projek, Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Kooperatif, dan Pendekatan Komunikatif. Semua metode yang digunakan dalam pendekatan saintifik termasuk ke dalam Student Center Learning (pembelajaran berpusat pada siswa).

Pembelajaran berpusat pada siswa atau Student Centered Learning (SCL). Pendekatan SCL menuntut partisipasi yang tinggi dari peserta didik, karena peserta didik menjadi pusat perhatian selama kegiatan belajar berlangsung. Pembelajaran SCL menuntut peran guru yang bersifat kaku instruksi menjadi memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyesuaikan dengan kemampuannya dan berperilaku secara langsung dalam menerima pengalaman belajarnya. Landasan teori SCL adalah teori konstruksivistik yang berasal dari teori belajar menurut Piaget, Jhon Dewei, dan Burner (1961) yang menekankan proses pembelajaran pada perubahan tingkah laku peserta didik itu sendiri dan mengalami langsung bagaimana membentuk konsep belajar dan memahami.

7 Ragam Model-model Pembelajaran

1. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Tugas guru adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu), pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu), dan mengembangkan keterampilan belajar. Pembelajaran langsung yang terfokus pada prinsip-prinsip psikologi perilaku dan teori belajar sosial. Model pembelajaran langsung dirancang secara khsus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

2. Belajar Secara Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pembelajaran langsung. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang agak kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi soasial dan hubungan antar manusia. Misalnya, telah dibuktikan bahwa pembelajaran kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan antar suku dan etnik dalam kelas yang bersifat multikultural, dan hubungan antara siswa biasa dengan penyandang cacat.

3. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction)

Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran langsung dan ceramah lebih cocok untuk tujuan semacam ini. Model pembelajaran berdasarkan masalah utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.

4. Pembelajaran Diskusi Kelas

Terlepas dari pendekatan pembelajaran yang digunakan, pada saat-saat tertentu selama berlangsungnya pembelajaran, diperlukan dialog antara guru dan siswa, serta antara siswa dengan siswa. Diskusi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan berlangsungnya dialog tersebut. Sintaks diskusi berbeda dengan sintaks model pembelajaran yang lain. Misalnya, diskusi dapat terjadi pada pembelajaran kooperatif, antara guru dan sejumlah siswa pada pembelajaran berdasarkan masalah, dan resitasi pada pembelajaran langsung.

5. Model Siklus Belajar (Learning Cycle Model)

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Karplus dalam proyek SCIS (Science Curriculum Inprovement Study) tahun 1970-an di Amerika Serikat. Model pembelajaran ini terdiri atas tiga fase sebagai sintaks pembelajarannya, yaitu sebagai berikut: eksplorasi Ă  pengenalan konsep Ă  aplikasi konsep.

6. Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (Science Technology and Society)

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert R. Yager dan kawan-kawannya pada tahu 1983 di University of Iowa, Iowa, USA. Dalam mengembangkan model tersebut mereka bekerja sama dengan banyak guru setiap tahunnya. Kerjasama ini bertujuan untuk membantu guru-guru dalam mengajar untuk mencapai lima tujuan pembelajaran sains, meliputi ranah (domain) konsep, proses, aplikasi, kreativitas, dan sikap. Domain konsep, menitikberatkan pada muatan sainsnya, yang meliputi fakta-fakta, prinsip-prinsip, penjelasan-penjelasan, teori-teori, dan hukum-hukum.

7. Model Pembelajaran Sains Berbasis Etika

Model pembelajaran ini berkembang pada tahun 1970-an di beberapa negara barat yang didasarkan atas adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat di masyarakat yang tidak dapat diimbangi dengan perkembangan nilai-nilai etika dan moral di masyarakat. Akibatnya di kalangan para ahli sains dan masyarakat terjadi kesenjangan pemahaman terhadap nilai-nilai etika dan moral kemasyarakatan (Macer, 1995) Para ahli pembelajaran sains telah merancang suatu model pembelajaran yang dapat menjembatani kesenjangan nilai-nilai etika dan moral tersebut dengan cara mengimplementasikan berbagai macam situasi riil dalam kehidupan sehari-hari tentang isu-isu sains yang berkaitan dengan etika dan moral di kelas sains maupun kelas non-sains.

45 Metode Pembelajaran dalam Student Centered  Learning (SCL)

1. Metode Pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)

Huda (2003) berpendapat bahwa model pembelajaran AIR ini mirip dengan Somatic, Auditory, Visualitation, Intelectually (SAVI) dan Visualitation, Auditory, Kinestetic (VAK). Perbedaannya hanya terletak pada repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.

Menurut Suherman (dalam Humaira, 2012): AIR adalah singkatan dari Auditory, Intelectually and Repetition. Pembelajaran seperti ini menganggap bahwa akan efektif apabila memperhatikan tiga hal tersebut. Auditory yang berarti bahwa indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi.

Intelectually yang berarti bahwa kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Repetition yang berarti pengulangan, agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas atau kuis.

2. Metode Pembelajaran Artikulasi  

Menurut Mustain (2010) artikulasi adalah apa yang kita definisikan sebagai struktur-struktur dalam otak yang melibatkan kemampuan bicara (area kemampuan bicara), membaca atau pemprosesan kata lainnya dan area gerak tambahan (menulis, membuat sketsa, dan gerak-gerak ekspresif lainnya). Artinya, artikulasi merujuk kepada apa-apa saja yang berkaitan dengan berbicara atau melakukan sesuatu akibat dari pemprosesan hasil kerja otak. Penerapan model artikulasi dalam pembelajaran juga melibatkan kemampuan berbicara serta gerak ekspresi akibat kegiatan berpikir siswa. Model artikulasi berbentuk kelompok berpasangan, di mana salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan kelas perihal hasil diskusinya dan guru membimbing siswa untuk memberikan kesimpulan.

Model pembelajaran artikulasi prosesnya seperti pesan berantai. Artinya apa yang telah diberikan guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Hal ini merupakan keunikan model pembelajaran artikulasi. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai penerima pesan sekaligus berperan sebagai penyampai pesan (Ngalimun, 2012).

3. Metode Pembelajaran Brainstorming  

Metode pembelajaran Brainstorming merupakan salah satu metode pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan cepat melalui proses belajar mandiri dan siswa mampu menyajikannya di depan kelas. Menurut Mufidah (2010) bahwa: Metode brainstorming adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman dari semua peserta. Berbeda dengan diskus, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode brainstorming pendapat orang lain tidak perlu ditanggapi. Selanjutnya Sudjana (2005) menyatakan bahwa "brainstorming adalah teknik pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda".

4. Metode Pembelajaran Buzz Group (BG)  

Sudjana, (2005) mengemukakan bahwa: Metode buzz group digunakan dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah yang di dalamnya mengandung bagian-bagian khusus dalam masalah itu. Kegiatan belajar biasanya melalui diskusi di dalam kelompok-kelompok kecil (sub-groups) dengan jumlah anggota masing-masing kelompok sekitar 3-4 orang. Kelompok-kelompok kecil itu melakukan kegiatan diskusi dalam waktu singkat tentang bagian-bagian khusus dari masalah yang di hadapi oleh kelompok besar. Pemilihan anggota kelompok kecil biasanya dilakukan oleh seorang peserta didik yang ditunjuk untuk membentuk sub kelompok. Peserta didik yang mendapat tugas membentuk kelompok kecil itu menunjukan teman-temannya yang duduk di samping kiri dan kanan serta di bagian depan atau belakang tempat duduknya. Dalam kelompok kecil tidak ada ketua atau sekretaris yang di perlukan ialah pelapor atau juru bicara.

5. Metode Pembelajaran Cooperative Script (CS) 

Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Langkah-langkah
  • Guru membagi siswa untuk berpasangan.
  • Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
  • Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
  • Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
  • Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
  • Kesimpulan guru.
Kelebihan dan Kekurangan

a. Kelebihan:
  • Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.
  • Setiap siswa mendapat peran.
  • Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
b. Kekurangan:
  • Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
  • Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

6. Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) 

Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif kelompok. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.

7. Metode Pembelajaran Course Review Horay (CRH) 

Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak 'hore!' atau yel-yel lainnya yang disukai. Jadi, model pembelajaran course review horay ini merupakan suatu model pembelajaran yang dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan. Sehingga para siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajaran course review horay ini, apabila siswa dapat menjawab pertanyaan secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata "hore" ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri.

8. Metode Pembelajaran Tebak Kata (TK)  

Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa. Jadi, guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu dari kertas karton dalam mata pelajaran.

9. Metode Pembelajaran Complette Sentence (CS)  

Metode berarti suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita (Sudiyono, 2009). Metode Complete Sentence merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Metode complete sentence merupakan salah satu metode pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dan dikuasai peserta didik (Suprijono, 2009).

Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.

10 Metode Pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE)  

Model dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan contoh, pola, acuan, ragam, macam, dan sebagainya. Dalam konteks pembelajaran, model merupakan pola atau kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. CORE merupakan singkatan dari empat kata yang memiliki kesatuan fungsi dalam proses pembelajaran, yaitu Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending. Menurut Harmsem, elemen-elemen tersebut digunakan untuk menghubungkan informasi lama dengan informasi baru, mengorganisasikan sejumlah materi yang bervariasi, merefleksikan segala sesuatu yang peserta didik pelajari, dan mengembangkan lingkungan belajar.

11. Metode Pembelajaran Debat Aktif (DA)  

Proses debat aktif adalah suatu bentuk retorika modern yang pada umumnya tercirikan oleh adanya dua pihak atau lebih yang melangsungkan komunikasi dengan bahasa dan saling berusaha mempengaruhi sikap dan pendapat orang atau pihak lain agar mereka mau melaksanakan, bertindak, mengikuti atau sedikitnya mempunyai kecenderungan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pembicara atau penulis, dengan melihat jenis komunikasinya lisan atau tulisan.

12 .Metode Pembelajaran Double Loop Problem Solving  

DPLS (Double Loop Problem Solving) adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut. DLPS juga merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menunjang pendekatan pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Metode DLPS adalah sebuah metode yang di adopsi dari metode Problem Solving. Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) adalah bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

13. Metode Pembelajaran Example Non Example (EE)  

Metode Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

Metode Pembelajaran Example Non Example merupakan metode pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Menurut teori konstruktivisme, prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa melainkan membantu siswa membanguan pengetahuan berdasarkan pengalamannya sendiri. Melalui metode pembelajaran Example non Example guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan ide-ide mereka sendiri (Riensuciati: 2013). Metode Example non Example adalah salah satu metode yang dapat di gunakan untuk membuat siswa lebih leluasa, lebih bebas, lebih mandiri, lebih menyenangkan, lebih semangat dalam mengerjakan tugas sebab kalau siswa senang mereka tidak akan merasa memiliki beban untuk mengerjakan tugas.

14. Metode Pembelajaran Direct Instruction (DI)  

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Metode Direct Intruction merupakan suatu metode mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkanselangkah demi selangkah. Metode mengajar ini sering disebut Metode Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur:2000). Arends (2001) juga mengatakan hal yang sama yaitu : "A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model". Apabila guru menggunakan metode pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan (mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik.

15. Metode Pembelajaran Group Investigation (GI)  

Group Investigation merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Metode Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

16. Metode Pembelajaran Inquiry  

Pembelajaran berdasarkan inquiry merupakan seni penciptaan situasi-situasi sedemikian rupa sehingga siswa mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam situasi-situasi ini siswa berinisiatif untuk mengamati dan menanyakan gejala alam, mengajukan penjelasan-penjelasan tentang apa yang mereka lihat, merancang dan melakukan pengujian untuk menunjang atau menentang teori-teori mereka, menganalisis data, menarik kesimpulan dari data eksperimen, merancang dan membangun model, atau setiap kontribusi dari kegiatan tersebut di atas.

17. Metode Pembelajaran Jigsaw  

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson's. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.

18. Metode Pembelajaran Mind Mapping (MM)  

Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.

Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.

Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif. Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.

Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.

19. Metode Pembelajaran Pembelajaran Otentik (Outentic Learning)  

Menurut definisi, "belajar otentik" berarti pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata dan proyek-proyek dan yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan membahas masalah-masalah ini dengan cara yang relevan untuk mereka.

Metode ini sangat berbeda dari kelas tradisional "kuliah", di mana guru memberikan fakta-fakta dan konten lain pada siswa yang kemudian siswa harus menghafalkan dan ulangi pada tes, misalnya, siswa tidak hanya harus terhubung sejarah pasca-perang untuk peristiwa terkini dan kehidupan mereka sendiri, mereka juga harus membantu mengajar kelas dan didorong untuk memberikan pandangan mereka sendiri pada peristiwa sejarah. Akibatnya, mereka menjadi sejarawan.

20. Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS)  

Metode Think Pair Share adalah metode pembelajaran sederhana dimana ketika guru menyampaikan pelajaran di dalam kelas, para siswa duduk berpasangan antara tim mereka. Guru memberikan pertanyaan di dalam kelas. Siswa diarahkan berfikir menuju sebuah jawaban pada pasangan mereka, kemudian teman mereka mencapai kesepakatan pada sebuah jawaban. Akhirnya, guru menanyakan untuk berbagi jawaban mereka pada semua siswa.

21. Metode Pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK)  

Metode pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut untuk menjadikan sibelajar merasa nyaman. Model pembelajaran ini merupakan anak dari model pembelajaran Quantum yang berprinsip untuk menjadikan situasi belajar menjadi lebih nyaman dan menjanjikan kesuksesan bagi pebelajarnya di masa depan.

22. Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)  

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata. Pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah pembelajaran yang menggunakan bermacam-macam masalah kontekstual sebagai titik awal, sedemikian hingga peserta didik belajar dengan menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memecahkan masalah, baik masalah nyata maupun masalah simulasi, baik masalah yang berkaitan dengan pelajaran lain di sekolah, situasi sekolah, maupun masalah di luar sekolah, termasuk masalah-masalah di tempat kerja yang relevan (Suryanto, 2002). Senada dengan pendapat ini, Depdiknas (2002) menyatakan bahwa pembelajaran kontektual adalah konsep belajar yang membantu pendidik mengaitkan materi yang diajarkannya denga situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

23. Metode Pembelajaran Circuit Learning (CL)

Metode pembelajaran Circuit Learning adalah pembelajaran dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang (Dewi, D.A.P & dkk, 2014)

24. Metode Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

Creative Problem Solving adalah adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah, yang di ikuti dengan pengutan ketampilan (Zahara, 2012). Dengan menggunakan model pembelajaran ini di harapkan dapat menimbulkan minat sekaligus kreative dan metode siswa dalam mempelajari matematika sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang maksimal, baik dari proses maupun hasil belajarnya.

25. Metode Pembelajaran Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Metode ini digunakan agar siswa menjadi lebih paham terhadap materi yang dijelaskan karena menggunakan alat peraga dan menggunakan media visualisasi yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami (Rohendi, 2010).

26. Metode Pembelajaran Explicit Instruction (EI)

Model pembelajaran eksplisit instruction merupakan suatu pembelajaran kooperatif, dimana pembelajarannya dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok (Panai, 2015).

27. Metode Pembelajaran Learning Cycle (LC)

Learning Cycle (LC) adalah model pembelajaran yang berpusat pada kegiatan penyelidikan sebelum konsep ilmiah diperkenalkan kepada siswa. Dalam model ini pembelajaran Learning Cycle, siswa mengembangkan konsep melalui pengalaman langsung yang bertahap maupun bersiklus (Sayuti, 2012).

28. Metode Pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA)

Secara terminology MEA terdiri dari 3 unsur kata yakni: means berarti banyak cara, end akhir atau tujuan, dan analysis yang berrti analisis atau menyelidiki secara sistematis (Hartini, 2015).

29. Metode Pembelajaran Meaningfull Learning (ML)

Model pembelajaran meaningfull instruction design merupakan pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektivitas dengan cara membuat kerangka kerja aktivitas secara konseptual koqnitif-konstruktivis yang didasari permasalahan kontekstual dan pengalaman siswa, serta dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang dioptimalkan untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas (Utami, 2014).

30. Metode Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Pada metrode ini siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dengan cirri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya.dalam pembelajaran NHT setiap siswa dalam kelompok merasa bertanggung jawab terhadap hasil kerja kelompoknya (Manurung,2013).

31. Metode Pembelajaran Pair Check (PC)

Pair check (pasangan mengecek) adalah metode pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Metode ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Metode pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerjasama, dan kemampuan memberi penilaian.

32. Metode Pembelajaran Picture and Picture (PP)

Metode pembelajaran picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Metode pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar (Marsudi, 2016).

33. Metode Pembelajaran Probing Prompting (PrPr)

Metode Probing-Promting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari (Mutmainnah, 2013).

34. Metode Pembelajaran Problem Solving (PS)

Metode Problem Solving adalah suatu metode cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan suatu masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa (Sudirman, 1987). Metode Problem Solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini para anak didik belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problemik, yang mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya (Yaqin, 2013).

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan (Yaqin, 2013).

35. Metode Pembelajaran Role Playing (RP)

Role playing adalah bermain peran, yang berpusat pada peserta didik, Role playing menekankan sifat sosial pembelajaran, dan melihat perilaku kerjasama siswa untuk merangsang baik secara sosial maupun intelektual. Role playing sebagai strategi pengajaran menawarkan beberapa keuntungan untuk guru dan siswa (Pratiwi,2015).

36. Metode Pembelajaran Snowball Throwing (ST)

Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing merupakan pembelajaran yang dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut.

Pada model pembelajaran Snowball Throwing siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok yang diwakili ketua kelompok unuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

37. Metode Pembelajaran Survey Question Read Recite Review (SQ3R)

Metode pembelajaran SQ3R adalah model membaca yang dapat mengembangkan metakognitif murid, yaitu dengan menugaskan murid untuk membaca bahan belajar secara cermat dan seksama. SQ3R adalah suatu strategi membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya serta membantu mengingat agar lebihtahan lama melalui 5 langkah kegiatan, yaitu survey, question, read, recite, dan review (Yuliani,2013 ).

38. Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

39. Metode Pembelajaran Take and Give (TG)

Metode pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya. Model Take and Give (memberi dan menerima) diterapkan untuk melatih siswa menjadi narasumber dan mitra belajar bagi teman-teman yang lain, dengan saling bertukar pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, setiap siswa dituntut untuk menguasai materi yang menjadi topik bahasannya dan mempunyai kemampuan berkomunikasi, sehingga ia dapat menyampaikan materi tersebut kepada siswa lain. Sedangkan siswa yang menerima informasi dituntut pula untuk dapat menangkap materi yang disampaikan kepadanya dengan baik. Karena ia pun harus mampu mengembangkan sebuah contoh yang relevan dengan materi yang diterimanya (Dewi, 2014).

40. Metode Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang heterogen, baik dalam hal akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Inti dari model ini adalah adanya game dan turnamen akademik. Sebelum memulai game dan turnamen akademik, guru terlebih dahulu menempatkan siswa dalam sebuah tim yang mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari jenis kelamin, ras, maupun etnis.

41. Metode Pembelajaran Time Token (TT)

Pembelajaran Time Token merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Richard I. Arends. Time Token adalah teknik pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif yang di dalamnya melakukan sebuah aktivitas kerja sama dan saling membantu untuk memahami materi (fanani, 2013). Metode pembelajaran Time Token merupakan metode pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok diskusi mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi dalam menyampaikan pendapat mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain (Fanani, 2013).

42. Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)

Metode Pembelajaran Two Stay Two Stay merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang memberi pengalaman kepada siswa untuk berbagi pengetahuan baik di dalam kelompok maupun dalam kelompok lainnya (Mariyam, 2012). Dalam metode pembelajaran Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu), siswa dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.

43. Metode Pembelajaran Driil

Pengertian metode drill menurut beberapa pendapat memiliki arti sebagai berikut:
  • Roestiyah N.K, Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar siswa melakukan kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan dan keterampilan lebih tinggi dari apa yang dipelajari.
  • Zuhairini, Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.
  • Shalahuddin, Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen.

44. Metode Pembelajaran Make A Match (MaM)

Menurut Rusman (2011) Metode Make A Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu cara keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.

45. Metode Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC)

Metode Pembelajaran Lingkaran dalam dan Luar Inside Outside Circle (IOC) adalah model pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993), dimana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Dalam IOC dari jumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya.

Ke 45 Metode Pembelajaran dalam SCL (Student Centered  Learning) diatas hanya ditulis pengertiannya saja, untuk Efektivitas Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Pembelajaran, Kelebihan dan Kekurangan bisa didapatkan pada filenya dibawah ini :

Download 45 Metode Pembelajaran dalam SCL (Student Centered  Learning)

Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas 45 Metode Pembelajadan dalam SCL (Student Centered  Learning) dimulai dari Pengertian, Efektivitas Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Pembelajaran, Kelebihan dan Kekurangan ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

Pratinjau 45 Metode Pembelajaran dalam SCL (Student Centered  Learning)


Download File :
45 Metode Pembelajaran dalam SCL (Student Centered  Learning)
Demikianlah kiranya berbagi Informasi dan file mengenai 45 Metode Pembelajaran dalam SCL (Student Centered  Learning), semoga dengan ini bapak/Ibu Guru bisa menambah ilmu terutama dalam menggunakan berbagi metode pembelajaran supaya lebih menarik dan menyenangkan. Terima Kasih. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...